
Berita Pagi - Istri Ahmad Ishomuddin, Shally Widyasavitri mengaku sempat
menangis saat suaminya menyampaikan niatnya menjadi saksi meringankan Ahok
dalam kasus dugaan penistaan agama.
“Awalnya saya sempat menangis dan mempertanyakan keputusan
suami saya. Tetapi, suami saya memberi sejumlah penjelasan kepada saya. Hingga
akhirnya saya pun memutuskan untuk mendukung keputusannya,” ujar Shally.
Keputusan Ahmad Ishomuddin menjadi saksi meringankan Ahok
harus dibayar mahal. Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) itu
telah dipecat dari kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Selain itu, ratusan massa mendemo Ishomuddin di kampung
halamannya di Lampung. Mereka mendesak agar dosen Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Raden Intan Lampung itu dipecat dan dilaporkan ke polisi.
Radar Lampung (Grup Jawa Pos/pojoksatu) melaporkan, ratusan
massa berkumpul di Tugu Adipura, Bandarlampung, menyuarakan keberatan atas
kehadiran Ishom –sapaan Ahmad Ishomuddin– dalam kapasitasnya sebagai saksi ahli
kasus penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Amir Faisal Sanjaya, koordinator lapangan aksi, menjelaskan,
Ishom dianggap turut memberi imbas negatif kepada masyarakat Lampung.
Demi menghindari praduga dan prasangka yang lebih buruk
lagi, pada aksi itu terlontar sejumlah sikap tuntutan. Tuntutan yang
berulang-ulang terdengar dalam orasi adalah agar Ishom diproses secara hukum.
“Kami meminta kepada pihak kepolisian, apabila ada unsur
pidana dalam urusan Ishomuddin ini, tegakkan hukum yang proporsional,” ujar
Amir.
Tuntutan lain, rektor IAIN diminta segera mengambil tindakan
atas apa yang telah dilakukan Ishom. Yakni dengan memecatnya dari segala urusan
di IAIN Raden Intan.
“Selambat-lambatnya 3 x 24 jam dari pernyataan sikap ini.
Bila tidak, kami akan menggelar aksi damai mendatangi gedung rektorat IAIN,”
tegas Amir.
Sebagai bentuk kritik, dalam aksi tersebut, massa
mengumpulkan sejumlah uang receh. Melalui penggalangan koin itu, massa hendak
menggambarkan sosok Ishom yang sedang mengemis uang recehan tanpa memandang
dampak buruk yang akan muncul.
Terpisah, Radar Lampung kemarin mencoba menemui Ishom di
kediamannya di kawasan Wayhalim, Bandarlampung. Suasana rumah itu seolah tidak
terjadi apa-apa. Tak ada kerumunan, tidak ada pula penjagaan ketat oleh aparat
kepolisian.
Namun, kabar yang beredar, polisi menempatkan anggota
berpakaian preman untuk mengawasi rumah yang berada tepat di persimpangan
tersebut.
Nama Ishom sepertinya tidak begitu dikenal warga setempat.
Namun demikian, ada beberapa warga yang mengaku tahu dengan sosok Ishom meski
tidak mengenalnya secara dekat.
“Orangnya agak tertutup. Mungkin karena dia jarang berada di
rumah. Dan status dia di rumah itu sebatas mengontrak,” ujar warga sekitar yang
enggan disebut namanya.
Pengakuan kurang dekat dengan warga sekitar datang dari
pribadi Ishom. “Warga jarang kenal saya mungkin karena saya sering bertugas ke
Jakarta,” jawab Ishom kepada Radar Lampung di teras rumahnya.
Meski terlihat santai, dia mengaku belakangan mendapat
sejumlah teror. “Kalau teror mah cukup banyak. Ada yang melalui SMS, ada pula
yang melalui Whatsapp. Tetapi tidak sampai melakukan perusakan ke rumah,”
katanya.
Bahkan, kata dia, siang kemarin sempat ada seorang wanita
yang datang ke rumah hanya untuk menghujatnya.
“Dia meminta saya untuk segera bertobat. Tapi saya katakan
padanya berhati-hatilah dalam berbicara. Setelah saya jelaskan beberapa hal,
dia bisa tenang, lalu pulang,” ujarnya.
Menyikapi tuntutan massa, dia mengaku tidak terlalu
memusingkannya. “Silakan saja mereka mau berbicara apa. Saya pun siap atas
segala konsekuensi. Saya pun mempersilakan perwakilan aksi untuk datang ke
rumah. Yang penting jangan anarkis dan berbicara baik-baik,” katanya.[pjk]
0 Response to "Saksi Ahok Di Demo Di Kampung Halaman “Istri Ishomuddin Menangis Suaminya Jadi Saksi Ahok”"
Posting Komentar